Kamis, 24 April 2008
Selasa, 22 April 2008
perkawinan
Minggu, 30 Maret 2008
Dewi Persik dan Industri Pantat
DEWI Persik telah dianggap ‘racun’ oleh sebagian orang. Wajar jika WH (Wahidin Halim) Wali Kota Tangerang ‘tidak suka’ dengan para penyanyi berpamer udel, dan berpakaian tak sopan. Lalu iapun akan mencekal/melarang jika si Persik tak mengubah gaya busana jika manggung di kota yang bermotto Aklakul Karimah itu.
"Saya bukan anti dangdut, musik itu indah. Tapi busananya mbok ya yang sopan," kata Wahidin.
WH sadar tak dapat mengontrol tayangan televisi. Ia hanya merasa perlu mengurusi warga yang di kampungnya keblinger dengan goyangan pantat. Adik Menteri luar negeri Hasan Wirayuda ini memang dikenal tegas dalam setiap kebijakannya. Sebagai jurnalis, ini bukan keberpihakan saya kepada wali kota (yang sebentar lagi) konon mau mencalonkan diri. Tetapi sebagai warga kota Tangerang sepantasnya saya juga ikut berperan aktif untuk sama-sama menjaga kota ini dari derasnya industri pantat.
Emha Ainun Nadjib dalam: Pantat Inul adalah Wajah Kita Semua, Kompas - Minggu, 04 Mei 2003 mengatakan, "industri tidak berpikir baik atau buruk, akhlaqul karimah atau sayyiah. Industri tidak ada kaitannya dengan Tuhan, surga dan neraka. Industrialisme bekerja keras dalam skema laku atau tak laku, marketable atau tidak marketable, rating tinggi atau rendah. Bad news is good news. Kalau yang laku ingus, jual ingus. Kalau yang ramai di pasar adalah Inul, jual Inul."
Dan pada kenyataanya setelah Inul lalu muncul secara menjamur biduan yang menjual pantatnya. Ada goyangan gergaji, goyang kayang, goyang ngecor, dan sederet goyangan yang sangat mungkin ditonton anak-anak kecil. Wahidin mengatakan, "bagaimana saya tidak prihatin, anak-anak kecil di kampung melihat penyanyi dangdut memantati muka kita, lalu bergaya menjilat-jilat tiang,"katanya.
Saya setuju dengan Emha bahwa, sebagai orang yang hidup dengan pandangan agama, kita bisa mengambil wacana sujud shalat untuk menilai (Inul) pun Dewi Persik. Tuhan menyuruh Muslim bersujud. Dalam sujud pantat kita letakkan di tataran tertinggi, sementara wajah di level terendah. Wajah itu lambang eksistensi kita, icon kepribadian kita, dan display dari identitas kita. Kalau bikin KTP tidak dengan foto close up pantat, melainkan wajah.
Ritus sujud menjadi semacam metode cermin untuk menyadari terus-menerus bahwa kalau tidak hati-hati dalam berperilaku, manusia bisa turun martabatnya dari wajah ke pantat. Ketika bersujud yang diucapkan oleh orang shalat adalah "Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi". Jadi jelas sujud itu memuat substansi martabat atau derajat manusia hidup. Dan kita pun perlu cemas orang bukan hanya tidak takut martabat kepribadiannya merosot. Banyak orang bahkan mendambakan pantat dan membayar untuk dipantati.
Mungkin Persik tadi hanya satu dari berpuluh penyanyi atau biduan yang maaf mengumbar dada dan pantat. Sudah sewajarnya kalau ibu-ibu juga bapak-bapak harus marah. Anak-anak kita setiap hari secara tak/sengaja menghirup racun televisi.
Saban pagi, anak-anak kita dan sarapan pagi keluarga kita berhidangkan infotaimen. Jika ayah dan bunda pada pukul 07.00 ngantor, dan keluar rumah, maka anak-anak kita hanya diasuh oleh pembantu, dan ibunya berganti televisi. Dan sejak itu anak-anak kita mulai belajar membantah, menghardik dan kadang (maaf) memaki orang tuanya. Jadi siapa yang bersalah?
Anak adalah peniru yang ulung, jadi jangan ajarkan penderitaan kita kepadanya. Maka mari kita para orangtua belajar menjadi bijak dan sama-sama belajar menjadi arif. (ayuchi)
Selasa, 25 Maret 2008
suara
dan ini nukilannya:
Oleh : Budi Tunggal Rahayu
Suara. Suara siapakah yang menerjang-nerjang udara mengalahkan matahari
Dua-puluh mei, lonceng kebangkitan kembali berdentangan dan suara-suara itu menggempur tembok rezim orde baru mulut, mulut membuka katup bibir berteriak lantang mengguncang tanah pertiwi
Senin, 10 Maret 2008
'Kesurupan' itu Sesungguhnya Bifid Delusion
Erdiana tiba-tiba saja menjerit dan jatuh pingsan. Teman-teman tingkat 9 (3 SMP) di rombel (rombongan belajar) 7 terkejut. Pingsan Erdiana membuat kawan-kawanya iba, dan menolong.
Seringkali halusinasi mengarahkan tindakan penderita, memperingatkan tentang suatu bahaya atau memberitahu dia apa yang harus dilakukan. Bahkan tak jarang si penderita asyik bercakap-cakap dengan para tokoh yang muncul dalam halusinasi ini. Seperti murid-murid di SMP itu juga ada yang bilang 'di pojokan! itu di pojokan' dan berdialog dengan 'sosok' dalam halusinasinya.
Benar saja. Setelah ditelisik, rupanya Erdiana datang dari keluarga broken home. Wakil Kepala sekolah, Amsir mengatakan gadis itu kecewa karena melihat ayahnya menikah lagi.
Lalu yang lain, meski dengan kecemasan dan tekanan sosial berbeda, mereka juga mengalami benturan psikologis yang nyaris sama.
Erry Al-Rasyid mengatakan," masih untung mereka tidak membunuh,"ujarnya.
Jika kecemasan-kecemasan ini dibangun terus-menerus dan dibiarkan maka bukan tidak mungkin menjadi piramid penderitaan yang suatu saat bisa mengalami scizophrenia.
Schizophrenia merupakan penyakit otak yang sanggup merusak dan menghancurkan emosi. Selain karena faktor genetik, penyakit ini juga bisa muncul akibat tekanan tinggi di sekelilingnya. Menurut psikolog Prof. Dr. Dadang Hawari, dikutip dari Sinar Harapan, jumlah penderita schizophrenia di Indonesia adalah tiga sampai lima per 1000 penduduk. Mayoritas penderita berada di kota besar. Ini terkait dengan tingginya stress yang muncul di daerah perkotaan.
Schizophrenia memiliki basis biologis, seperti halnya penyakit kanker dan diabetes. Penyakit ini diyakini muncul karena ketidakseimbangan yang terjadi pada dopamine, yakni salah satu sel kimia dalam otak (neurotransmitter). Otak sendiri terbentuk dari sel saraf yang disebut neuron dan kimia yang disebut neurotransmitter. Penelitian terbaru bahkan menunjukkan serotonin, jenis neurotransmitter yang lain, juga berperan dalam menimbulkan gejala schizophrenia.
Schizophrenia dapat menimpa siapa pun, terutama orang yang memiliki keturunan secara genetis. Episode kegilaan pertama umumnya terjadi pada akhir masa remaja dan awal masa dewasa. Pada anak yang kedua orang tuanya tidak menderita schizophrenia, kemungkinan terkena penyakit ini adalah satu persen.
Sementara pada anak yang salah satu orang tuanya menderita schizophrenia, kemungkinan terkena adalah 13 persen. Dan jika kedua orang tua menderita schizophrenia maka risiko terkena adalah 35 persen. Data yang ditunjukkan pusat data schizophrenia AS, tiga perempat penderita schizophrenia berusia 16-25 tahun.
Tapi sesungguhnya schizophrenia dapat disembuhkan. Anda tahu John Forbes Nash Jr. Peraih hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 1994, adalah seorang penderita schizophrenia. Kisahnya kemudian difilmkan oleh sutradara Hollywood Ron Howard dalam sebuah film A Beatiful Mind.
Film yang dibintangi Russell Crowe yang memerankan John Nash. Meski halusinasi itu masih sering melintas dalam batok kepalanya, tapi toh, berkat bantuan istri, Alicia Nash yang diperankan Jennifer Connelly dan kawan-kawan dekatnya.Pada akhirnya John Nash mampu membuktikan kepada dunia bahwa penderita schizophrenia bisa disembuhkan. (Ayuchi)
Rabu, 05 Maret 2008
Kesetiaan Wice
Wice memang sakit jiwa, tapi betapa kesetiaannya kepada sang ibu demikian dalam. Kedalaman cinta Wice membuat ia tak ikhlas berpisah darinya. Wice menganggap ibunya, Yanti Djuned seolah hidup. Meski jasadnya terbujur kaku, hingga waktu, cuaca mengelupaskan kulit dan merontokan daging tubuh si ibu.
Wice setia merawat tulang belulang itu dengan mengelapnya setiap hari. Ia menungguinya seoanjang pagi, siang, petang hingga waktu menjemput malam. Kebahagiaan Wice mulai terenggut sejak ayahnya, Liem Hiang Nio alias Djuned meninggal dunia. Wice depresi. Kuliahnya kocar-kacir. Sejak itu dunia remajanya hilang.
Ia tinggal berasam ibunya yang mlai uzur usianya. Sang ibu pun tak mampu lagi mengurus toko peninggalan ayah Wice. Wice yang bernama asli Winarni Djuned semakin tenggelam dalam keterpurukan bersama kehidupan yang dijalani bersama ibunya. Tak jelas sejak kapan kematian menjemput yanti dari dunia fana ini.
Belakangan pada Maret 2008 warga sekitar di mana Wice tinggal di Jalan Ternate 82, Cideng, Jakarta Pusat, membaui busuk. Selidik punya selidik itulah bau jasad Yanti yang tlah lepas dari kerangka manusia. Wice pun sebelumnya menyimpan rapat-rapat kematian ibunya. Ia tak mengabarkan kepada tetangga dan sanak kerabatnya.
Barulah setelah keponakan Yanti, Caecilia Soegini dan Lilistina Mustika, bibi Wice datang menjenguk, Wice tak memperkenankan masuk. Bersama polisi dan warga rumah Wice didobrak, luar biasa kaget bibi dan keponakan itu menyaksikan Yanti tinggal tulang-belulang yang bersih. Meski semua perabot yang ada di rumah itu kotor dan berdebu.
Diiringi terikan dan tangisan Wice, polisi lalu membawa kerangka Yanti untuk diotopsi. dan dalam halusinasi Wice, sang ibu masih hidup dan baik-baik saja. Lalu setelah itu, Wice pun dibawa ke RS Sumber Waras, ia kini menjalani hari-harinya sendiri tanpa sang ibu yang ia setiai dan sangat ia cintai. Begitulah kasih Wice kepada ibunya hingga akhir hayat, sepanjang jalan sepanjang masa.
Coba bandingkan dengan kisah nyata lainnya. Tetanggaku, sebut saja Yeti dalam penglihatanku berbuat sebaliknya terhadap ibunya. Si ibu ini kira-kira usianya 60-an tahun. Ia kini menderita stroke. Sehari-hari ia hanya bisa duduk dan berbaring. Dua kegiatan itupun mustahil dilakukan tanpa bantuan orang lain. Rutinitas sepanjang hari yang dilakukan si ibu ini adalah tidur dan duduk. Berjalan pun hanya selangkah dua langkah saja, itupun tanpa bantuan tongkat atau kursi roda.
Yeti bekerja, ia seorang guru sekolah taman kanak-kanak Pagi pukul 06.30 Yeti harus sudah meninggalkan rumah. Diantar suami, ia pergi kerja dan pulang minimal pukul 14.00 siang. Sebab jarak dari tempat tinggalnya di Cipondoh ke Tangerang cukup membutuhkan waktu.
Si ibu Yeti itu suka curhat kepadaku, meski stroke, penghlihatan dan pendengarannya masih normal. Suaranya pun masih lantang terdengar. Hanya agaknya kurang diperhatikan. Dia bilang pagi hari tak dikasih sarapan, makan siangnya pun telat. Entah makan sore atau malamnya. Kalau saya tawarkan minum sekadar teh saja, ketahuan si Yeti ibunya kena damprat. "Ibu suka diomelin," ujarnya . Aduuh, mendengar itu hatiku seraya dipukul kencang. Air mata si ibu pun leleh.
Kadang-kadang, kalau ada kesempatan seorang guru di sekolah taman kanak-kanak di dekat tempat tinggalku iseng mampir. Sekadar menanayakan kabar dan menyuapi roti atau bolu. si ibu tamoak lahap. Keluhannya sama; belum makan.
Anak si ibu, Yeti mungkin sangat sibuk, sehingga ia tampak kurang memperhatikan si ibunya itu. Atau mungkin ia malas karena si ibu baginya sangat mengesalkan saja. Padahal si ibu itu tak banyak permintaannya, paling-paling cuma mau berdiri dari bangku setianya di teras rumah atau minta berbaring. Buang air kecil pun snagat jarang dilakukan karena memang tidak ada yang menuntunnya manakala Yeti dan suaminya tidak di rumah. Sepanjang pagi hingga siang, si ibu penderita stroke ini hanya menjalani kehidupannya sendirian, tanpa kasih sayang dan ketulusan seorang anak. Begitulah mungkin peribahasa kasih anak sepanjang galah itu ada benarnya. Sebagai pembaca silahkan Anda memilih yang mana?
Tapi sejujurnya kesetiaan Wice adalah cermin. Tapi jangan tiru cinta buta-nya, bukankah kecintaan itu bisa diwujudkan dalam doa kepada sang Khalik ketika siang ibu tlah tak bernyaea lagi? Ini bisa direnungkan, resapkan hingga ke aliran darah.
Senin, 03 Maret 2008
Aku kangen kepadamu Aurora
Aku kangen kepadamu Aurora
sore menjemput petang
mengawal ke perbatasan malam
maaf aku tak berada di sampingmu
mengantar mengaji usai magrib ini
maaf pula kerudungmu tak kupersiapkan
membayang wajahmu ceria
menyimak alif ba ta
Aurora tarian cahaya-ku
sang pendendang luka
pengobat rasa penat
sang mama
tuk anandaku; N. Aurora Sang Kinanthi Satyanagri Nareswari CB
Tangerang Pilih Kereta Sebagai Tranportasi Massal
Tangerang Pilih Kereta Sebagai Transportasi Massal
simak lanjutannya di www.tempointeraktif.com
Minggu, 02 Maret 2008
Menemu Jejak
Tarian Cahaya Sang Aurora
Aurora adalah fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari (angin matahari).
Ingin lebih banyak tahu tentang aurora silahkan simak
http://id.wikipedia.org/wiki/Aurora
HUJAN
Kenapa risau
saat hujan deras turun dari langit
bukankah itu sebuah keberkahan
bahwa tuhan sedang menyiram bumi
bukankah itu salah kita, makhluk-Nya
yang tak mau bersih-bersih
saat hujan menenggelamkan rasa sunyi
merebut rasa ceria sebuah pesta
betapa kita tak mau menelisik diri
tentang makna hujan
tak usah banyak keluh dan lenguh
rasakan saja irama permainan tuhan
keindahan sangat menyentuh hati
tuhan biaskan warna pelangi setiap menuntaskan hujan
Buana Permai 2 Maret 2008, ketika hujan turun
Kamis, 28 Februari 2008
Poster Wali Kota Tangerang Tak Dikenai Pajak
Kamis, 28 Pebruari 2008 17:24 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Poster bergambar Wali Kota Tangerang Wahidin Halim yang tersebar di sepanjang jalan ternyata tidak dikenai pajak. (baca selanjutnya klik www.tempointeraktif.com)
Listrik Padam Buruh Meradang
Listrik Padam Buruh Meradang
SUARA mesin hidrolik di unit cutting (memotong) ruang produksi PT Kenindo Tunggal Perkasa di kawasan industri Bonen Kav. 6 Cikupa, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten menderu, bising kedengarannya.
Dari kejauhan terlihat sekitar 300-an buruh penerima order sandal Carvil tenggelam dalam kesibukan. Pagi itu cuaca mendung, bahkan disertai gerimis. Namun cuaca yang terasa dingin di kulit tak menyurutkan para buruh mayoritas perempuan untuk mengejar target produksi : 3.000 pasang sandal selama sembilan jam kerja.
Buntutnya pabrik merugi ratusan juta rupiah. Apalagi kalau listrik padam pada saat puncak produksi pukul 08.00 hingga pukul 16.00. Solusinya? Amazone hanya bersikap pasrah, "kembalikan ke pemerintah,"katanya.
Juni mengaku setiap hari mengabiskan Rp 12 ribu. Biaya itu dikeluarkan dari kantongnya untuk membayar ongkos angkutan kota pulang-pergi dari rumahnya Rp 8.000 dan sisanya Rp 4.000 untuk makan siang.
Rabu, 27 Februari 2008
Warta Berita Tangerang
TEMPO Interaktif, Jakarta:Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang mendata 70 persen warga Kabupaten Tangerang yang tersebar di 36 kecamatan tidak menggunakan jamban (kakus) untuk membuang hajatnya.
Warta Budaya dan Sastra
Selasa, 26 Februari 2008
Warta Budaya dan Sastra
Dipublikasikan di Tempointeraktif
TANGERANG--Hari ini Tangerang Art Festival 2005 Dibuka
Senin, 21 Pebruari 2005 10:10 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Tangerang Art Festival 2005 (TAF) dibuka hari ini, Senin (21/2), oleh Wali Kota Wahidin Halim. Acara itu akan berlangsung selama sepekan lebih dalam rangka memeriahkan HUT Kota Tangerang yang jatuh pada 28 Februari. Mengambil tema "Genderang Kesenian Tangerang", TAF akan mengusung banyak kegiatan seni baik tradisi maupun modern.
Ketua Umum DKT, Wowok Hesti Prabowo menyatakan TAF merupakan acara tahunan untuk menggairahkan kehidupan seni budaya di Kota Tangerang. Pembukaan akan dimeriahkan pertunjukan perkusi Rampak Bedug.
Yang menarik dari sejumlah rangkaian kegiatan adalah Tari Cokek yang akan diselenggarakan di sebuah rumah kawin di daerah Selapajang, Neglasari, Kota Tangerang. Selain mentradisikan tari Cokek, kegiatan lainnya berupa pameran foto Brull Nasrullah dan Wilson Tjandinegara di Padepokan Seni Eksis Cipondoh.
Sementara itu bertempat di Balai Budaya, Cikokol juga akan dilangsungkan pameran karikatur karya MW Fauzi.Pameran lainnya adalah pameran topeng dari Komunitas Kuku Semar dan pameran lukisan 50 perupa Tangerang. Serta kegiatan berupa pertunjukan teater Poros di Gedung Kesenian Tangerang di jalan masjid Al-Hidayah kompleks Modern Land.Ayu Cipta
Warta Budaya dan Sastra
Dimuat di Republika//Minggu, 02 April 2006
Meskipun dijuluki sebagai kota industri, dan kota petro dolar, Kotamadya Tangerang tidak pernah sepi dari kegiatan kesenian. Ini, menurut beberapa aktifis seni setempat, karena kepedulian Walikota Wahidin Halim pada pembinaan dan pengembangan seni budaya masyarakat di wilayahnya. ''Pak Wahidin sangat wellcome kalau kita membutuhkan bantuan untuk mendukung kegiatan kesenian,'' kata Wowok Hesti Prabowo, aktifis seni yang kini masih menjabat ketua Dewan Kesenian Tangerang (DKT), suatu hari.
Tema itu dipilih, menurut ketua panitia TAF 2006, Ayu Cipta, karena saat ini makin banyak adegan kekerasan terhadap anak terhidang ke masyarakat, baik melalui pemberitaan di media massa, tayangan televisi, maupun dalam bingkai kesenian, seperti film-film kartun. ''Tiap hari, kita dengan mudah menemukan pameran kekerasan di banyak film televisi, termasuk film kartun,'' kata Ayu Cipta.
Wahidin, yang membuka TAF 2006 dengan menggoreskan cat minyak pada kanvas, berharap agar seruan anti-kekerasan terhadap anak itu tidak hanya menjadi seruan moral, tapi dapat menjadi sikap untuk berhenti menggunakan kekerasan dalam keluarga. Melalui iven yang digagas oleh DKT itu, Wahidin berharap penerapan nilai-nilai seni, budaya, dan agama yang baik akan dapat mendukung perwujudan perilaku dan akhlak manusia yang berbudi pekerti luhur. Sehingga, kesinergisan itu akan mendukung visi pembangunan akhlakul karimah di Kota Tangerang.
Perda Nomor 8 yang dimaksudkan untuk membersihkan Kotamadya Tangerang dari kemaksiatan itu sempat mendapat reaksi cukup keras dari kalangan seniman, karena dikhawatirkan akan membatasi kebebasan berekspresi dan aktivitas perempuan dalam kesenian yang umumnya dilakukan di malam hari.
SAJAK-SAJAK CINTA AYU CIPTA
Perjalanan Sunyi
Berderap langkah rebana
gemerincing tasbih beradu takbir
memuja-Mu, memuja-Mu dengan tangis rindu
seruling jiwa merambat hati
penuh cinta tak sampai kepada-Mu
aku berserah dalam lamunan panjang nir logika
aku dikalahkan matahari yang cintanya ikhlas terbagi
clarinet sayat hatiku nan rindu
kepada Rabbku Qudus aku menyimpan tangis
yang kutanam sejak kelahiranku
kupasrahkan jiwa ini ya Tuhan
dengan tasbihku yang kuyu disepuh debu
aku terperangkap cahaya maya
Ya Rabb, inginku berteduh di balik jubah-Mu
clarinet...menyapa
bayang malaikat subuh
menghantar hingga ke pintu-Mu
aku tak hendak berpaling
aduuuh!
aku tersandung keinginan tak berbentuk
angin oh angin tiadalah kiranya rasa ingin
menghampar di atas sajadah yang tlah lama kutinggalkan
memeluk malam, memeluk bintang jatuh
dan mengejar matahari hingga ke perbatasan malam
terkapar aku dalam deru
dan raungan jiwa yang paling rahsia
matahari menghantam kesunyian di pinggir pantai-Mu
mengaduh aku saksikan secuil bulan sabit
aku menyapa malam dan gemintang
dan jua awan putih nan lembut
aku mengadu dalam diam
dalam arus kebahagiaan
tersanjung di dalam damai surga-Mu
Kenanga, Oktober 2005-2008
Jika Dunia Tanpa waktu
:nem
Jika dunia tanpa waktu apa jadinya kehidupan?
mungkin kita tidak akan mengenal dua kutub
mempertautkan utara dan selatan
dimana laki-laki dan perempuan bertemu,
kemudian bercinta di bawah sengatan matahari
pun berpelukan dalam bekunya gunung es
Andaikan dunia tanpa suara
maka tak terasa indah desir tawamu yang serupa angin
membawa kesejukan menerpa dedaunan cedar dan cemara
tak pula bisa dirasakan kehangatan kepakan sayap garuda
dan kereta kayu yang melintasi rel-rel panjang tanpa batas
Di dunia sapaan cinta tak terucapkan
mulut laki-laki terkunci,
tercekat diantara lidah dan gigi-gigi
yang gemeretak beradu hanya sebatas keheningan
yang mampu mengungkapkan perasaan itu
dengan isyarat-isyarat yang tak terkatakan,
kecuali mata batin yang beradu di dalam relung paling dalam
dan sembunyi di ceruk-ceruk karang degup nafas kita
dengan begitu,
perempuan akan menyerah
pada keheningan yang diciptakan laki-laki
tenggelam dalam rasa sunyinya.
Kenanga, November 2001-2008
Jalan Penyebrangan
Daun-daun menunas pada ranting
bertahan pada dahan
menguatkan pohonan
kemudian menaungi segala kehidupan
Tentang cinta,
seperti pohon cedar
membagi kasihnya kepada daun,
ranting, dan dahan juga akar
Sedang kematian dan cinta bertautan
ia akan datang menggandeng lenganmu
pun aku dan siapapun
ke sebuah pelaminan abadi
Andaikan aku menjadi pengantin itu
akan kubawa serta
angsoka merah perlambang cinta
yang membuat hidup berarti
Tapi aku akan memilih jalan penyeberangan
melintasi segala ruang
kembali kepada-Nya dengan ketenangan
tanpa membawa sedikit rasa cinta
yang pernah tumpah di jalan-jalan,
kecuali birahiku bersua dengan Tuhanku
dengan segala rasa cintaku.
Kenanga, November 2001-2008
Mimpiku Bintang-Bintang
:yang
Mimpiku jalanku
menuju kesetaraan bintang-bintang
mawar Cina yang kau hantar di gerbang malam
menemu ujung pagi
cintaku berurai cahaya
berharap untuk cintaku merdeka
Pantai Anyer, September 2004-2005
Dari Tanah Meluruh ke Tanah
Jiwa terpisah dari raga
seperti dedaunan dan bebungaan
rontok ditohok angin
musim tak kenal daun tanggal segar atau layukah?
ia tak memilih bunga yang digugurkan
pernah mekar atau masih kuncup
jika waktunya tiba
manusia tak kenal lagi titah
Maka kematian tak kan meninggalkanmu
ia seperti kerangka besi
memerangkap keras mengunci baja
ia tembok bagi jiwa resah
mengurung tanpa memberi celah
ia seperti sebuah dinamit
menunggu waktu untuk meledak
ia seperti puisi
menjadi indah dalam kesedihan
ia seperti kekasih
menjemput dan menggandeng tanganmu
menuju pelaminan abadi
seketika itu gemuruh megatruh dilayatkan
mengiring jasad kembali ke muasalnya
dari tanah meluruh ke tanah
Semarang-Tangerang 2008
Tentang Ayu Cipta
Ayu Cipta, nama pena-ku di dunia jurnalistik. Publik sastra dulu pernah mengenalku dengan nama Budi Tunggal Rahayu. Nama itu tercantum dalam setiap aku mempublikasikan puisi. Sejumlah puisi tercatat masuk dalam antologi bersama. Seperti Negeri Poci, Rumah Tanpa Nomor, Jentera Terkasa, Resonansi Indonesia, Cisadane 2, Bisikan Kata Teriakan Kota dan Maha Duka Aceh. Puisi lainnya juga dimuat di majalah Bahana (Brunei Darussalam), Republika, Wawasan. Kini menulis puisi masih aku lakukan meski tak sempat lagi mempublikasikan lewat koran atau membacakannya dari panggung ke panggung.
Duniaku (sementara) membuat laporan berita untuk sebuah media nasional dan ngurus tiga anak: Mohammad Gilang Narasrestha Candraditya Ciptabudi, Journalist Kafka Nur Bagaskara Nareswara Ciptabudi dan Nur Aurora Sang Kinanthi Satyanagri Nareswari Ciptabudi, buah cintaku dengan Cipta Adi. Meski keinginan kembali membaca puisi itu tak lekang, kini imajiku tersimpan dalam ruang jiwa dan menunggu untuk meledak.